Kamis, 21 Juli 2016

peran kata

.
.
.
Bumi : Dalam mencinta, peran 'kata' gak pernah bisa gantiin dominasi peran 'hati', kata cuma salah satu metodologi, bukan sumber

Humaira : Maksudmu?

Bumi : Kamu bisa milih untuk berkata 'aku bahagia' 'aku cinta kamu' atau semacamnya lah, tapi hati gak pernah bisa milih, energi hati mu selalu bisa menjadi bukti.
.
.
.
Bumi : mencinta layaknya berdoa, dalam berdoa Tuhan selalu melihat isi hati mu, kata bisa saja terukir indah ketika kamu berdoa tapi bisa saja hati mu tidak tertuju pada Nya. pernah kamu berdoa namun kamu tidak berkata? hanya diam dan terpejam.

Humaira : Diam?

Bumi : iya hum, hanya diam, duduk terdiam tanpa sepatah kata pun. hanya berpasrah, gak tau mau berdoa apa, hanya bisa terpejam dan diam, kamu ingin menyampaikan betapa cinta nya kamu kepada Tuhan, tapi gak pernah ada kata yang bisa utuh ungkapin rasa itu. kamu ingin mengungkapkan betapa terima kasih nya kamu atas semua yang Tuhan udah kasih ke kamu, tapi gak pernah ada kata yang lebih dari sekedar ungkapan 'terima kasih'. lalu akhirnya kamu hanya bisa diam, dan air mata kamu ngalir gitu aja. seperti itu lah cinta, kata tak pernah punya peran utuh.

.
.
.


Minggu, 21 Februari 2016

segelas air putih

Pada suatu jaman, raja Harun Al Rasyid sedang melakukan perjalanan yang panjang bersama dengan penasihatnya Ibnu Samar, kemudian ia kelelahan dan memutuskan untuk bersinggah sejenak dibawah pohon. saat itu matahari terik dan Harun Al Rasyid meminta kepada Ibnu Samar memberikannya air minum. Ibnu Samar memberikan air minum kepada sang Raja, saat Ibnu Samar memberikan airnya dengan lembutnya ia bertanya pada sang Raja.

Ibnu Samar : "Wahai Raja, bagaimana sekiranya apabilaair putih ini adalah air putih terakhir, kau tak akan bisa hidup tanpa air putih ini, mau kah kau membeli air putih ini dengan setengah kekayaanmu?

Raja : "tentu saja, aku akan rela membeli segelas air putih ini dengan setengah kekayaanku"

Ibnu Samar : "lalu bagaimana jika air yang kau minum tadi tidak bisa keluar dari tubuhmu, apakah kau rela membayar untuk mengeluarkan air putih itu dengan setengah kekayaanmu?"

Raja : "tentu saja, aku rela membayar setengah kekayaanku demi mengeluarkan air itu dari tubuhku"

Ibnu Samar : "Begitulah, seluruh kekayaan kita tak lebih berharga dari segelas air putih ini tuan"