Senin, 02 Juli 2012

"wanita memang mulia adikku Lala" :)

"Kaaakkk Bhumiii....." Lala berlari sambil menangis, memeluk pinggang Bhumi yang sedang berjalan seusai shalat ashar di masjid dekat rumahnya

"lho, kenapa sayang? kok kamu menangis?" Bhumi berlutut, mengusap air mata Lala yang keluar, air mata seorang gadis kecil memang terlalu berharga, air mata cerminan masa depan yang lebih baik
"kak Arif jahat, kak Arif jahat kak Bhumii !!" bentak Lala sambil menghentakkan kakinya ketanah
"hmm..Lala kok ngomongnya gitu, yuk duduk dulu, jangan menangis di tengah jalan Lala" Bhumi menggandeng tangan Lala yang masih menangis, tangan kanannya memegang tangan Bhumi, tangan kirinya masih mengusap usap air matanya yang menetes

Bhumi mengajaknya duduk di teras masjid, sore itu Lala masih menggunakan mukena pink kesukaannya sehabis shalat ashar berjamaah di masjid nurul ashri dekat rumah nya, hadiah ulang tahun dari kakaknya, Delilla

"Hayoo, sekarang cerita Lalanya, kenapa kok nangis begitu? sini sini cerita sama kakak yaa" kata Bhumi sambil mengusap air mata Lala yang tidak berhenti
"nah, kalau Lala menangis seperti itu bagaimana mau cerita, yaudah kalau Lala menangis , kakak tungguin deh sampai Lala diam" isakan tangis Lala mulai berhenti, Bhumi pun langsung mengusap tangisan Lala dengan kedua tangannya
"nah, sekarang Lala cerita ya, kakak siap dengerin, kakak janji" ucap bhumi sambil tersenyum

"kak Bhumi, kak Arif jahat sama Lala, tadi Lala sengaja berangkat lebih awal untuk pergi ke masjid, Lala pengen sekali sekali azan di masjid, Lala pengen manggil teman-teman Lala yang sedang tidur siang lewat azan masjid yang lala kumandangkan kak, tapi tiba-tiba kak Arif datang dan Lala gak boleh azan, kak Arif jahat kak, jahat!" Lala kembali menangis, kali ini Bhumi memeluknya tanpa kata, erat sekali, mata Bhumi pun ikut berkaca-kaca

betapa tidak, seorang gadis kecil yang polos ini, gadis kecil yang sedang menangis dipelukannya ini memiliki niat yang mulia, "Lala pengen manggil teman-teman Lala yang sedang tidur siang lewat azan masjid yang lala kumandangkan kak" kata-kata itu terus terdengar ditelinga Bhumi

"Lala adikku sayang, sungguh niat mu itu tulus sekali sayang, tapi ada satu hal yang harus kamu tau sayang, setiap manusia memiliki batas kodratnya masing masing sayangku, selama masih ada lelaki, Lala tidak boleh azan di masjid, selama masih ada lelaki, Lala tidak boleh jadi imam sholat, itu tugas lelaki sayang" jawab Bhumi

"Lantas, kenapa wanita selalu dibedakan kak? kenapa ? selalu di nomor dua-kan kak? bukannya setiap manusia sama kak?" Lala melepas pelukan Bhumi dan membelakangi Bhumi, sedikit memasang muka cemberut, ya gaya nya ketika sedang ngambek

Bhumi tersenyum, "Lala, sini deh kakak mau cerita, sini tapi senyum dulu dong, hehe"
Lala pun membalikkan badannya dan masih sedikit cemberut, "mau cerita apa kak?" katanya

"Lala adikku sayang, Lala percaya gak kalau kakak bilang wanita itu 3 kali lebih mulia dibandingkan pria?" ucap Bhumi sambil tersenyum
"terus, kenapa kalau lebih mulia kok apa-apa gak boleh kak?apa apa pria, sedikit sedikit laki laki, huhhh !!" balas Lala penasaran

"coba deh liat ibunda Lala, seorang ibu rumah tangga, mungkin orang lain diluar bilang kalau profesi ibunda Lala gak keren, tapi menurut kakak tidak, seorang ibu rumah tangga menurut kakak adalah profesi yang paling berat dan laki-laki manapun tidak akan bisa melakukannya, lihatlah ibunda Lala, mungkin saja kalau beliau memilih untuk bekerja dan berkarir, karirnya mungkin lebih baik daripada bapak, gajinya lebih tinggi, tapi apa yang beliau pilih adikku sayang? beliau memilih untuk jadi iburumah tangga, demi mendukung penuh karir bapak dari belakang, ingin selalu menyambut dengan manisnya teh hangat dikala bapakmu pulang dari kantor,  demi memiliki waktu untuk menggendong mu dikala kamu masih belum bisa berjalan sayang, karena dia tidak ingin kehilangan satu detik pun masa masa lucu dikala kamu balita, ah, bukankah itu membutuhkan suatu kekuatan sayangku? mengorbankan ambisinya untuk orang-orang tersayang nya, itu lah, itulah hebatnya perempuan adikku yang manis"

"suatu hari kelak, ketika kamu dewasa, kamu boleh sayang memiliki pendapat yang berbeda, kamu akan tumbuh belajar banyak, kamu boleh memiliki pendapat yang berbeda dengan kakak" ucap Bhumi

Lala masih terdiam, tatapannya kosong meng "iya" kan

"Lala, lihatlah, bayi yang berumur 6 bulan pun akan terdiam dari tangisannya apabila di gendong oleh seorang ibunda, dia tahu yang menggendongnya adalah orang yang mulia, karena bagaimanapun juga akhlak mulia akan ditukar dengan wajah yang menyenangkan, ya cahaya Tuhan yang diwariskan di wajahnya, di wajah ibu salah satunya adikku sayang"

"Lala, suatu hari kelak mungkin kamu akan memiliki perbedaan pendapat di keluarga, berdebat dengan kakak atau bapakmu, tapi satu hal pesan ku Lala sayang, jangan sekalipun menyakiti hati ibumu, walaupun hanya mengatakan 'ah' , jangan sekalipun sayang " ucap Bhumi

"satu hal lagi sayangku, aku ingin membuktikan betapa perkasanya seorang wanita, lihatlah seorang pria sejati, ayah sejati, seberani apapun dia, sekuat apapun dia, selalu akan tunduk lemah didepan wanita yang disayanginya, entah itu ibundanya, istrinya, atau anak perempuannya. jadi jangan lagi menangis didepan ayahmu ya sayang" Bhumi menambahkan

Lala kemudian tersenyum, dan memeluk Bhumi, "terimakasih ya kak, Lala sekarang jadi ngerti, Lala sayang kakak"
Bhumi terdiam, membalas pelukan adik kecilnya itu dengan hangat

"eh, Lala mau es krim?" ucap Bhumi
"mauuuuuu, asiiiikkkkkk" balas Lala kegirangan
"yasudah, yuk beli es krim, tapi pulang dulu, Lala mandi dulu, kakak juga masih pakai sarung, masa ke supermarket pakai sarung, nanti dikira abis sunat, hehehe" Bhumi becanda
"okee, kaak, gendooongggg !" Lala nyengir
"haha, dasar kamu adik manja, yukkk, upssss, uhh beratnya nih bocah cilik haha" Bhumi pun menggendong adik kecilnya itu dipunggungnya, pulang...

jejak jejak mereka mulai menghilang, menyisakan siluet siluet indah belaian sayang dari sinar senja sore itu, tulus sekali, seperti tulusnya kasih sayang ibunda kepada anaknya

"adikmu merindukanmu Dellila, lekaslah pulang" dalam hati Bhumi
"oh, ternyata aku juga sama Dellila, seperti yang dirasakan adikmu, masjid ini saksinya, doa yang menggantung di masjid ini lebih tepatnya " Bhumi menambahkan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika tidak ada acount silahkan pilih anonim,lalu ketik nama setelah komentar .