Kamis, 30 Agustus 2012

sudahlah, Bhum !

"Gue yakin kalo lu jadi bintang iklan makanan, pasti laku keras Ren, karena orang-orang bakal ngiler ngeliat cara makan lo yang kayak macan betina belum makan 3 bulan tau, beringas tanpa ampun" ucap Bhumi sambil menikmati somai favorit mereka di stadion dekat rumah Renna
"haha, ini namanya pembalasan, penculik harus tanggung jawab, udah nyulik dan buat gue mewek" balas Renna yang tangannya tak berhenti memasukkan somai kedalam mulutnya

hari itu Renna belajar banyak tentang hidup, tentang makna syukur, penerimaan yang baik, belajar tentang kasih sayang Tuhan yang selama ini telah ia lupakan, belajar bahwa masih banyak yang kurang beruntung di pojok-pojok kota itu.

"eh Bhum, gimana kabar Dellila, masih bersandar di hati lu gak?heheheh" Renna terkekeh
Bhumi tersentak mendengarnya, sendok yang ia gunakan terasa amat berat , tangannya seakan-akan tak mampu untuk menggerakkannya sesenti pun, mulutnya berhenti mengunyah, kakinya seakan terpaku kedalam bumi paling dalam, ssemua terasa beku,kecuali ingatannya, ingatannya mencair mengarah ke gadis pujaannya, "gadis pukis" begitu julukannya, tapi perasaannya tidak sesederhana dulu, 2 tahun yang lalu tepatnya, setelah Dellila memutuskan untuk menerima lamaran dari teman nya, Iwan.

"dia udah dilamar Ren, sama temen gue, Iwan" Bhumi berusaha menjelaskan dengan senatural mungkin, tak ingin menampakkan raut suasana hatinya pada saat itu.
"emm..emm..maaf Bhum, gue..gue gak bermaksud...untuk..."
"mau nambah Ren? biasanya lo makan somai 3 piring, tenang gue yang traktir" ucap Bhumi sambil sedikit nyengir, berusaha memindahkan topik itu, mengikhlaskan ingatannya menari dilangit 2 tahun yang lalu
"wah, boleh, lu tau aja Bhum gue laper, bang, nambah 1 piring ya, gak pake saos" ucap Renna kepada uwak somai

mereka pun terdiam kembali, Renna merasa bersalah telah mengungkit tentang masa lalu Bhumi
"Cinta memang kayak hantu yah Ren, banyak sekali orang yang membicarakannya, tapi jarang sekali yang benar benar melihatnya, merasakannya. gue percaya ren, cinta sejati itu memang ada, ia datang pada waktu yang tepat, orang yang tepat. kalopun Dellila memang gak ditakdirkan buat gue, mau gue ngerayu dengan memindahkan gunung sekalipun dia tetep gak akan jadi jodoh gue, dan kalopun dia memang ditakdirkan buat gue, mau sebenci apapun gue dengan dia juga pasti suatu saat dia akan jadi jodoh gue, itu rahasia langit Ren, gue percaya itu Ren. " Ucap Bhumi

"lihat deh bintang itu Ren, walaupun ia jauh tapi justru itu yang membuatnya indah, begitupun dengan Dellila Ren, dia sosok yang begitu indah yang Tuhan ciptakan walaupun dari kejauhan sini" ucap Bhumi sambil tersenyum melihat Renna ikut melihat bintang disampingnya, Renna yang merasa dilihat refleks melihat ke Bhumi "haha, ternyata ada juga ya penculik yang bijak" ucap Renna sambil meninju lengan Bhumi
"ah, sial lu"

mereka kembali menikmati malam, hujan sore tadi membuat malam ini begitu cerah,
semoga kamu bahagia disana Dellila, salam untuk Lala ya ucap Bhumi dalam hati

sudahlah, Ren !

"woi ren, liat deh tampang lo, kusut gitu, sedih banget dari kemaren, kenapa sih?" ucap Bhumi sambil mengacak ngacak rambut Renna sahabatnya yang masih khusyuk melakukan ritual siangnya
"iiihh, apasih Bhumiii, lo tuh udah ganggu tidur siang gue tau, bonus hujan lagi, ini ritual penting bagi gue" jawab Renna sambil menarik kembali selimutnya

Bhumi beranjak berdiri menuju jendela kamar Renna, membuka horden "liat deh, hujan diluar, kalo diibaratkan awan itu adalah hati seseorang, gue yakin pas banget sama elu, lagi mendung"
Renna membalikkan badan membelakangi Bhumi, pura-pura gak denger

"Ren tau gak, lu perhatiin deh, baju yang selalu di rendem di air lama-lama bau nya gak enak, sama Ren, perasaan yang dipendem lama-lama juga bakal jadi penyakit sendiri nanti, yaaaahhh, kalau gak mau cerita ya gak papa sih, ke bawah aja deh, maen PS sama adek lo, Bagus" ucap Bhumi setengah berjalan menuju pintu kamar Renna, belum sempat Bhumi memegang gagang pintu sebuah bantal melayang kepadanya "Bhumiiii tegaaaaa" teriak Renna sambil melempar guling untuk yang kedua.

"eeehh, kenapa gak sekalian lempar aja tuh kasur, nanti gue bisa tidur disini, oya lengkap sama selimut ya" kata Bhumi sambil pasang kuda-kuda mengantisipasi Renna melakukan itu sungguhan.
Raut muka Renna kembali mengerucut, ah Bhumi tau persis apa yang membuat dia segalau itu, sampai-sampai 3 hari tidak masuk kuliah, siapa lagi kalau bukan gara-gara Huda, cowok basket incarannya yang sampai sekarang hanya menggantungkan hubungan mereka. maju tidak, mundur tidak.

"Huda lagi deket sama Devita, kemaren gue liat dia makan berdua di kantin kampus selepas Huda latihan basket, tapi hubungan gue sama dia gak berubah, kadang perhatian, kadang cuek, maunya apa sih " ucap Renna sambil merubah posisinya menjadi duduk melihat jendela, melihat hujan

Bhumi langsung beranjak mengambil jaket Renna di lemari nya, dan langsung menarik tangan Renna "yuk ikut gue Ren, gue mau nunjukin sesuatu buat lu"
"eh gue masih acak2an gini mau kemana gilee lu, ini namanya penculikan tau " ucap Renna bingung. ia masih memakai baju tidur bergambar hello kitty kebesaran kesayangannya, "udaah, ikut ajaaa, yuk" ucap Bhumi sambil memakaikan jaket dan menyeret Renna kedalam mobil

sampailah Bhumi di rumah kecil, didepannya hampir dipenuhi air akibat hujan, terlihat beberapa anak kecil keluar dari rumah itu sambil loncat-loncat sudah hapal mobil itu milik kak Bhumi yang sering bermain dan bercerita bersama mereka

"yuk turun" ucap Bhumi sambil nyengir . Renna masih bingung apa maksud penculikan sahabatnya itu, kenapa Bhumi membawa ia ke tempat seperti ini
"kak Bhumiiiii, kak Bhumiiii, ayooo maiiin, ayoo cerita lagi kak, kemarin kan ceritanya masih bersambung, aku penasaran sama cerita khidzan yang kakak ceritakan kemarin, ayoo kaak" teriak seorang bocah cilik sambil menggandeng tangan Bhumi setengah menarik ke dalam rumah
"iyaaa, sabaaarr, kakak bawa temen nih, dia jago sekali bercerita loh, kenalin nih namanya kak Renna" ucap Bhumi sambil menggeret Renna kedepan anak-anak yatim piatu tersebut.
"halooo kak Rennaaaa" sapa anak-anak
"yuk culik aja nih kak Renna nya kedalam, nanti kak Renna akan bercerita dongeng ya" kata Bhumi sambil meringis karena cubitan andalan Renna karena bingung akan cerita apa .
tanpa basa basi anak-anak langsung menarik Renna duduk dan membuat lingkaran menunggu Renna bercerita dongeng.

Bhumi tahu, Renna memang sangat pintar bercerita, Bhumi pun ikut mendengarkan Renna bercerita, rintik hujan seakan menjadi backsound yang syahdu untuk ceritanya, anak-anak serius mendengarkan, walaupun dengan baju hello kitty nya, dia tetap menjadi makhluk yang paling menarik perhatian saat itu. hujan sore itu pun berhenti perlahan, matahari senja menghempaskan siluet indah daun yang masih rindu akan belaian kasih sayang air hujan itu. mereka pun pulang, raut muka Renna mulai menyenangkan, setidaknya tidak seseram tadi

"lu tau kan Ren maksud gue ngajak lu kesitu tadi?" ucap Bhumi memecah keheningan sambil menyetir
Renna hanya diam tidak menjawab, ia masih menikmati suatu kebahagiaan, kebahagiaan sesungguhnya yang jarang sekali dia daptkan selama ini, kebahagiaan indahnya berbagi

"liat deh Ren, mereka semua gak punya orang tua, gak punya tempat tinggal, bahkan beberapa diantara mereka juga ada yang cacat tidak memiliki kaki, tapi mereka gak punya alasan untuk gak ngelanjutin hidup, mereka gak bisa memilih untuk memiliki orang tua, tempat tinggal, tapi mereka masih bisa memilih untuk mensyukuri hidup, memilih untuk tertawa, apa mereka punya alasan untuk memaki Tuhan? galau? lu bisa liat sendiri lah, mereka bisa tertawa bahagia hanya dengan dongeng, hanya dengan cerita, mereka gak minta macem-macem, sesederhana itu, sesederhana cerita lu tadi Ren" ucap Bhumi
dada Renna sesak mendengarnya, matanya mulai panas, seakan akan air yang membendung di matanya sudah ingin membanjiri pipinya

"Ren, seharusnya mereka yang lebih berhak galau dibanding lu, lu masih punya orang tua, rumah pun besar, paras lu cantik, tapi masa gara-gara seorang Huda playboy itu lu jadi galau" Bhumi menambahkan
lumer sudah air mata yang telah sekuat tenaga Renna bendung dari tadi, ia menoleh kearah jendela, seakan akan tidak mau tangisannya dilihat oleh Bhumi, sahabatnya itu
"kalo mau nangis, nangis aja Ren, tapi abis itu gak ada kata-kata "galau karena playboy basket" itu" ucap bhumi sambil menyodorkan tisu ke arahnya
"ma..ka..sih.. ya Bhumi..." ucap Renna sambil mencoba tersenyum ditengan isak tangisnya

suasanya kembali hening, jalan itu sepi, hanya ditemani radio dan sisa gerimis air hujan dan air mata Renna.

"eh, lu tuh memang sahabat gue paling nyebelin yaa Bhum, udah nyulik gue dari ritual siang gue, terus buat gue nangis lagii" ucap Renna sambil meninju lengan Bhumi
"haha, liat muka lu nangis sumpah jelek banget tau, hahahaha" tawa mereka meledak...
"gimana kalau kita makan somay wak di stadion? laper nih, nangis menghabiskan separuh tenaga gue, tapi tetep elu yang traktir, kan elu yang buat gue nangis !" ucap Renna
"ah, sial luuu"

Minggu, 26 Agustus 2012

hikmah subuh


Seperti biasa, pagi itu Bhumi sudah terjaga, menunggu panggilan paling syahdu dari rumah Allah, sayup sayup terdengar alunan panggilan yang menyejukkan siapapun yang mendengarnya, langit pun akan diam khusyuk, ayam pun tak berani lancing berkokok, tapi lihatlah banyak manusia yang acuh, padahal jika mereka tahu akan manfaatnya dengan merangkak pun mereka akan rela, 

Tapi ada yang aneh, adzan masjid dekat rumah belum juga berkumandang, “ah yasudah, aku saja yang azan” pikir bhumi sambil memakai baju koko putih lebaran nya.

Hari ini hari pertama setelah idul fitri kemarin, masih banyak warga yang pulang ke kampung halamannya, begitupun dengan penjaga masjid, “yah, kalau gini mah sholat sendiri” pikir Bhumi setelah adzan dikumandangkan selesai
Tiba-tiba pintu belakang masjid terbuka, dan lihat seorang nenek yang memang biasa amat rajin pergi ke masjid itu sejak Bhumi masih kecil, nenek khadijah orang sini memanggilnya.
5 menit, 10 menit belum ada yang datang juga, “Bhumi, sudah kita mulai saja sholatnya”
Bhumi tersentak, ah, nenek Khadijah masih menghapal namaku, memang mereka bertetangga tapi jarang sekali bertemu selain di masjid tersebut, sepulangnya dari masjid tersebut nenek berjalan disamping Bhumi, 

“Bhumi, gimana sekolah mu nak?” ucap nenek
“oh, alhamdulilllah lancar nek, minta doanya nek tahun depan InsyaAllah Bhumi selesai” balas Bhumi sambil tersenyum
“iya, pasti nenek doakan nak” jawab nenek
“disini memang seperti ini, tadi nenek setelah sholat tahajud berencana untuk sholat sendiri dirumah, karena nenek tahu bahwa habis lebaran seperti ini pasti tidak ada jamaah di masjid kita itu, semua pada pergi ke kampong halaman nya masing-masing, tapi alhamdulillah tadi sebelum sholat kamu adzan nak, jadi nenek bisa sholat berjamaah dimasjid, bisa mendapatkan 27 kali lipat pahalanya” ucap nenek

“Oh iya nek” Bhumi tertunduk

Bhumi tersentak, entah apa yang ada di benak nya, malu lebih tepatnya, dia yang masih 21 tahun saja terkadang masih sholat di rumah, masih sering menunda shalat, masih sering malas pergi ke masjid. Lihatlah masjid itu rindu akan kesetiaan jamaah nya selama bulan ramadhan, dia menangis, kemana jamaah setia ku yang biasanya sholat berjamaah disini? dimana jamaah ku yang biasanya melantunkan ayat al quran disini selama ramadhan itu? dimana para jamaah yang rajin menunggui adzan maghribku ? 

Oh dear, kalian yang masih muda, yang masih terlelap dikala adzan subuh dikumandangkan, apa kalian tidak malu? Ah, seandainya kalian tahu, jejak kalian di pagi buta itu akan menjadi saksi di hari akhir nanti, ketika mulut kalian tidak bisa menjadi saksi. 

Oh dear, kalian yang masih muda, kalian tahu apa nikmat yang paling sering dilupakan? Nikmat sehat dan waktu luang, kalian masih bugar, apa kalian tidak malu dengan nenek khadijah? Jalannya pun sudah tertatih tapi sangat rajin pergi ke masjid.

“Ah, terimakasih atas hikmah di subuh ini Tuhan, yang aku tahu, ketika aku berjalan menuju Mu, Engkau akan berlari menuju Ku, ijinkan aku untuk selalu mencintai Mu dengan sepenuh hati, menapaki jejak yang rosul Mu dulu telah lakukan, menjadi semanfaat manfaatnya umat”  ucap Bhumi dalam hati

Sabtu, 04 Agustus 2012

narsis KKN

ngajar di MTs, lebih susah dibanding ngajar di SD

 
pokoknya setiap ketemu anak kecil wajib foto bareng ! :D

UNIT 106, subunit 2 !

 Akhirnya bisa foto di grand canyon nya, subhanAllah deh ^^

pasukan permen hot hot pop !

makan nasi liwet buatan fadil di pondokan, romantis abis !

ditengah sawah bersama three masketir !

biasanya kalo ngobrol sama si wimas ngomongin tentang agama dan jodoh, maklum do'i ustad nya unit 106 ^^

sebelum makan bareng di sawah, salah kostum, malah pake celana bunga bunga ,ouch

Sepenggal kisah KKN #3


Lagi tebak-tebakan di kelas tentang cerita Nabi
Saya : hayooo, nabi Nuh membuat apa untuk menyelamatkan umatnya pada zamannya?
Anak-anak : kapaaaaaaal (jawab serempak)
Saya : betul *senyum
Salah satu anak : kak kak, coba tebak, sebesar apa kapal nabi Nuh?
Saya : sebesar gunung
Salah satu anak : yeeee salaaah, sebesar stadion senayan
*hening

Disuruh ngisi biodata sama adek-adek yang rela dating ke pondokan
Adek-adek : nih kak isi biodata kakak, contohnya kayak gini *sambil ngasih selembar kertas biodata pink bergambar kartun boneka unyu
Saya : oh ya sini, kakak liat
Pas sampe di bagian “tempat tanggal lahir”
Tempat : ciamis
tanggal : - 
lahir : Alhamdulillah dengan selamat
*hening

Pas lagi ngajar dikelas
Saya : hayooo, udah jelas kan? Ada yang mau ditanya gak?
Salah satu anak : kak, udah punya istri belum?
*hening

Pas lagi selesai sholat ketemu bapak bapak di masjid
Si Bapak : jang, ti mana? (dek dari mana?)
Saya : saya dari kkn UGM pak, dari jogja, hehe
Si Bapak : oh, disini sesasi nyak? (disini sebulan ya?) *Kedengeran ditelinga : oh, disini di tasik nyak?
Saya : oh, bukan pak, di ciamis
*muka bapaknya bingung, muka saya penuh yakin jawabannya bener

Pas pertama kali ngajar di SD
Saya : hayooo udah pada kenal sama kakak belum ?
Anak-anak : beluuuuuummm *ya iyalah kan baru pertama kali
Saya : tebak coba siapa namanya?
Anak-anak : Suju…smash…
*langsung benerin poni, keburu mereka belum nyebut “vokalis kangen band”

Lagi di pondokan ada ibu-ibu tetangga sebelah dating
Si ibu : jang, kalau mau kelapa sok atuh ambil tuh (dek, kalau mau kelapa ambil aja tuh)
Saya : oh ya bu, muhun *langsung ngambil golok
Bertiga sama temen langsung ke pohonnya, gak terlalu tinggi lah, kami pun saling menatap, mata kami bertemu, satu, dua detik
Saya : yaudah aku yang naik *muka optimis
Si ibu : jang, kalau mau dapet orang bandung harus bisa naik pohon kelapa hahaha
Saya : oh ya bu ! *tambah semangat
Dengan muka optimis langsung manjat, mereka pun menyemangati
Nyampe tiga per empat pohon…dan nyerah, akhirnya turun
*sudahlah dapat orang magelang aja, paling harus bisa manjat pohon jambu, hehe