Kamis, 03 Januari 2013

"puding" terbaik

pada suatu pagi Bhumi pergi ke kediaman guru nya, seperti biasanya sepagi ini sang guru selalu pergi ke sawah untuk menuai padi, Bhumi menunggu di gubuk beratapkan jerami dipinggir sawah, tidak mau menganggu sang guru yang sedang asik di sawah, suasana sawah selalu menyenangkan baginya, membentai luas yang dibatasi dengan gunung, alam selalu menjadi makhluk paling jujur, menampilkan kepolosan keindahannya, walau matahari di sana sedikit malu malu menampakkan diri, namun alam selalu mengajari tentang kejujuran, dan kejujuran selalu indah untuk di nikmati

ketika sedang asyik menikmati alam, sang guru yang tahu Bhumi menunggu dirinya kemudian menghampirinya, sambil menaruh cangkul nya dan mengusap wajah nya dengan handuk, sang guru pun duduk disamping Bhumi

"Kek, ini saya bawakan nasi tempe dari rumah yang tadi di masak sama ibu, saya pengen makan bareng sama kakek" ucap Bhumi sambil menyalami sang guru
"wah, tidak biasanya kamu Bhum, ayo kita santap bersama" balas sang guru sambil membuka bungkusan makanan yang Bhumi bawa
mereka pun menyantap masakan ibu dengan penuh khitmat

"ada apa Bhum?" ucap sang guru setelah menyantap nasi tempe ibu Bhumi
"gak ada apa apa kek, Bhumi hanya ingin makan pagi bersama kakek ditengah sawah ini, hehe" balas Bhumi
"kakek sudah jadi guru mu sejak kamu SD Bhum, kamu ndak bisa bohong sama kakek" ucap sang guru
Bhumi tertunduk, suasana kembali hening, sang guru melihat jauh kedepan, memandang indahnya pemandangan alam, semuanya diam

"dia menikah dengan pria lain kek" ucap Bhumi sambil ikut memandang jauh kedepan
"Dellila?" balas sang guru
Bhumi masih menunduk meng-iyakan
sang guru kemudian tersenyum
"kamu masih seperti kamu yang dulu ya Bhum, dulu kamu selalu menangis merengek menginginkan permen milik teman, padahal dirumah ibu mu sedang menyiapkan puding kesukaanmu, sama seperti sekarang, sudahlah Bhum, Tuhan sedang menyiapkan 'puding' terbaik mu kelak, sabar lah semua ada waktu nya nak" ucap sang guru sambil menepuk bahu murid kesayangan nya itu

sang guru kemudian kembali mengambil cangkul dan pergi meninggalkan Bhumi, kembali asik menuai padi, sementara Bhumi masih terdiam dan akhirnya lengkungan senyum di bibirnya pun kembali merekah sembari melantunkan doa di dalam hatinya, "semoga kamu bahagia Dellila"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

jika tidak ada acount silahkan pilih anonim,lalu ketik nama setelah komentar .