Minggu, 20 Agustus 2017

realism magis

A : kenapa lo suka banget genre 'realism magis'? padahal banyak sekali genre novel2 lainnya yang gak kalah menarik?
B : hmm.. dalam cerita 'realism magis', setiap bagian cerita yang sifatnya diluar nalar kebanyakan akan diterima "as it is", dianggap suatu hal yang biasa tanpa pertanyaan dan penolakan
A : gak menjawab tau !
B : setiap hari gue udah berkecimpung di dalam paradigma nalar dan logis yang udah kental, baca novel itu bagian dari "escaping" gue dari dunia sehari hari, kalau lo cuma baca novel2 biasa yang berorientasi logis ya apa bedanya? kalau mau kabur, sekalian aja.
A : haha.. bukan nya mempertanyakan suatu hal diluar nalar itu bagus?
B : memang bagus, tapi adakalanya lo harus belajar, ada hal-hal diluar nalar yang gak pernah bisa kita pahami, kecuali dengan berserah. jadi lo bisa nikmatin hidup lo.
A : sok puitis !

spiritualis

A : gue pikir manusia itu bukan cuma makhluk sosial, tapi juga sebagai makhluk spiritual
B : kenapa?
A : karena kita selalu nyari makna, dan makna cuma bisa didapet ketika menyadari bahwa kita adalah makhluk spiritual
B : apa makhluk sosial gak bisa dapetin makna?
A : tendensi manusia mencari makna hanya ketika dia menyerah dengan beban kehampaan yang dia alami, mau gak mau kita mencari makna, biar gak kosong.
B : apa setiap tindakan kita harus kita cari makna nya?
A : ya, seperti seni, walaupun perpekstif kita beda, tapi selalu ada makna didalamnya