Aku penikmat tulisan, karena dengan tulisan aku bisa
mentafsir sesuka ku, tulisan memberikan ku ruang untuk berkontemplasi, brainstorming
dengan orang yang tak pernah ku kenal.
Tulisan bisa memiliki nyawa, itulah mengapa kadang ketika
kita bisa merasakan aura didalamnya. Mulai dari kebahagiaan sampai kesenduan,
sampai kebencian pun bisa kita rasakan.
Bahkan ke Maha Cintaan Nya pun aku bisa rasakan melalui
tulisan di kitab suci itu.
Aku bisa merasakan harmony dan chaos dalam satu tulisan, ya
sebuah keseimbangan
Bahkan takdir pun di simbolkan dengan garis, bukan kah itu
awal mula terciptanya tulisan? Garis pun bisa membuat butterfly effect yang berakibat terciptanya tulisan.
Lalu, ketika datang suatu masa dimana tulisan dibatasi oleh
metodologi apakah tulisan tetap memiliki nyawa? Kaku dan membosankan?
Seperti kata “cinta” yang menurutku tak pelu di tafsirkan,
karena tafsir dapat membatasi ruang makna cinta untuk memberikan rasa nya ke
semesta.
bahkan tulisan ini ku buat sesukaku saja, setidaknya ini menghiburku ditengah kawajiban menulis yang penuh dengan metodologi ilmiah itu