Senin, 30 Juli 2012

sepenggal kisah KKN #2

salah satu yang paling harus adaptasi disini adalah syariat ibadahnya, jujur pertama kali saya ikut tarawehan disini saya menangis, bukan karena jumlah rakaat yang terlalu banyak, bukan sama sekali, tapi karena bacaan shalat yang sangat cepat

jujur, saya sama sekali tidak khusyuk, selalu tertinggal bacaannya, alfatihah nya hanya satu nafas, tarawih 23 rakaat hanya ditempuh dalam waktu sekitar 20 menit, itu pun sudah termasuk shalat isya,
memang perlu adaptasi, yah sekarang sudah mulai terbiasa,
dengan zikir berbunyi setelah shalat,
dengan shaf yang jarang jarang,
zuhur dan ashar pun karena penduduk masih di sawah jadi tidak ada berjamaah di masjid (azan sendiri, shalat sendiri) *sedihhh
saya memilih diam walau itu adalah kadar iman terendah, yah mungkin sudah menjadi budaya disini

ingin sekali ibadah nya lebih baik ramadhan tahun ini dibanding tahun lalu,
ingin sekali menikmati al fatihah seperti di nurul ashri, mengartikan dalam hati ayat demi ayat,

sudah tarawih keliling, setiap masjid rata rata syariat nya sama
yah, semoga terbiasa, semoga kualitas ibadah ramadhan tahun ini lebih baik,
tuntun hambaMu yang lemah ini ya Rabb

Rabu, 11 Juli 2012

sepenggal kisah KKN #1

di tempat KKN lagi beli pulsa sama si indy tiba tiba ada adek bayi kecil lucu pipinya tembem, langsung deh aku gendong, tanpa basa basi langsung masang muka manis, "aloooo adeekk, namanya siapa? yukkk yuukk" sambil menengadahkan tangan ke arahnya, lagi digendong sama bibi nya kalao gak salah,
anteeeeeeng banget, mungkin karena anget karena aku pake jaket kulit tebel, umurnya baru 5 bulan, jadi agak hati hati gendongnya, hehe

dan tiba tiba ibunya dateng, masih muda, yaa sekitar 20 tahunan lah, karena disini umur 18 tahun juga udah banyak yang nikah, *kalah cepet

ibu : eh, anteng pisan euyy, hayooo, saha eta saha eta (yang artinya siapa itu siapa itu)? *sambil ngomong ke bayinya
aku : hehe iya nih, anteng pisan euy *sambil senyum manis
ibu : iya , anteng euy, hehehe
aku : iya nih *kembali menikmati gendong anak kecil
ibu : eh, mirip bapaknya euy *sambil senyum ke arahku
nah loh ! *hening

*si indy nahan ketawa sampe mukanya merah *aku? terpaku...




Kamis, 05 Juli 2012

dari Bhumi untuk mu Dellila

Dellila, dulu ketika aku masih remaja tanggung, aku sering sekali jatuh cinta, pada teman sekelas yang paling cantik rupa nya, aku sering sekali jatuh cinta, dia sang gadis pujaan hati segalanya terlihat begitu sempurna dimataku, melihat punggungnya dari jauh sudah senang sekalli rasanya

rasa ingin memiliki, ya dahulu aku tidak mau tahu, dia harus menjadi milikku, tak ada yang boleh memilikinya, tak satupun Dellila

sampai pada saat aku beranjak dewasa,
aku pun tertunduk malu dengan keteranganku sendiri tentang cinta
sejak aku mengenalmu, mulai dari tulisan mu
ah, adam mana yang tidak meleleh membaca tulisanmu?

sekarang aku mengerti Dellila,
aku belajar, bahwa cinta selalu sederhana, hanya soal meng 'ikhlas' kan bukan?
ya, hanya soal meng 'ikhlas' kan

sederhana sekali ya?
ya, semenjak aku mengenalmu, aku belajar bahwa, cinta tidak hanya untuk sang gadis pujaan yang labil setengah mati itu
cinta itu untuk orang terkasih di sekeliling kita, ayah, ibu, saudara

Dellila,
aku ingin mencintaimu dengan sesederhana itu
meng'ikhlas'kan nama panjang mu aku lantunkan di setiap doa sepertiga malamku
ku ulangi 3 kali namamu, agar Tuhan ingat

karena ketika semakin aku mencintaimu, semakin kuat rasa ikhlas itu
biarlah Tuhan yang menggandeng cerita kita kelak

kau terlalu fitrah untuk dimiliki dengan cara-cara 'itu' Delilla
mulutku terlalu bisu untuk jujur kepadamu
biarkanlah aku mengikhlaskan mu di tangan Tuhan
dan biarkan aku merayu Tuhan untuk mentakdirkan 'kebetulan-kebetulan' jalan kita
merayu Tuhan untuk selalu diijinkan mencintaimu karena Nya
merayu Tuhan untuk diberikan kekuatan sabar
merayu Tuhan untuk membantuku mempantaskan diri

oh ya, salam buat Lala, adimu
dia cantik, bahkan lebih cantik daripada kau Dellila ^^


dari Bhumi 
untuk Dellila





Rabu, 04 Juli 2012

dari Bhumi untuk adikku Lala

"Lala, kakak yakin suatu hari nanti kamu akan menjadi perempuan hebat,
sekuat layaknya bunda Hajar yang berlari tujuh kali antara bukit Safa dan Marwah, demi mencari air untuk anaknya nabi ismail di tengah gurun yang panas
sesabar layaknya bunda Maryam yang diamanahkan nabi Isa di rahimnya, karena kesalihannya, kecintaannya, ketulusannya dalam beribadah"

"Lala, kelak kalau kau sudah besar nanti,
kau akan mengerti mengapa orang-orang itu rela bangun di sepertiga malam ditengah orang lain yang sedang tertidur,
kau akan mengerti mengapa orang-orang itu rela menembus dinginnya subuh untuk pergi shalat berjamaah di masjid,
kau akan mengerti mengapa imam itu sering menangis ketika membaca surat al-fatihah di shalatnya,
kau akan mengerti mengapa mereka berbuat seperti itu Lala"

"Lala, kelak kalau kau sudah besar nanti,
kau akan lebih menikmati surat pendek yang lebih panjang yang dilantunkan imammu di shalat maghrib mu itu
kau akan lebih menikmati memberikan sebagian uang saku mu demi mereka yang membutuhkan dibandingkan menonton film kesukaan mu di bioskop
kau akan lebih menikmati pergi ke pengajian dibandingkan pesta ulang tahun teman mu itu
kau akan lebih menikmati membaca al-quran dibandingkan novel-novel cinta anak muda itu"  

"kakak pergi sejenak Lala, ada tugas di luar kota, jangan nakal ya, nanti kakak bawa oleh-oleh yang banyak deh, okee :)"

"oh ya, salam saja untuk kakak mu Dellila, kakak belum sempat bertemu dengannya, kau mengerti apa arti 'salam' kan Lala? haha"

dari Bhumi
untuk adikku Lala
^^
 


Senin, 02 Juli 2012

"wanita memang mulia adikku Lala" :)

"Kaaakkk Bhumiii....." Lala berlari sambil menangis, memeluk pinggang Bhumi yang sedang berjalan seusai shalat ashar di masjid dekat rumahnya

"lho, kenapa sayang? kok kamu menangis?" Bhumi berlutut, mengusap air mata Lala yang keluar, air mata seorang gadis kecil memang terlalu berharga, air mata cerminan masa depan yang lebih baik
"kak Arif jahat, kak Arif jahat kak Bhumii !!" bentak Lala sambil menghentakkan kakinya ketanah
"hmm..Lala kok ngomongnya gitu, yuk duduk dulu, jangan menangis di tengah jalan Lala" Bhumi menggandeng tangan Lala yang masih menangis, tangan kanannya memegang tangan Bhumi, tangan kirinya masih mengusap usap air matanya yang menetes

Bhumi mengajaknya duduk di teras masjid, sore itu Lala masih menggunakan mukena pink kesukaannya sehabis shalat ashar berjamaah di masjid nurul ashri dekat rumah nya, hadiah ulang tahun dari kakaknya, Delilla

"Hayoo, sekarang cerita Lalanya, kenapa kok nangis begitu? sini sini cerita sama kakak yaa" kata Bhumi sambil mengusap air mata Lala yang tidak berhenti
"nah, kalau Lala menangis seperti itu bagaimana mau cerita, yaudah kalau Lala menangis , kakak tungguin deh sampai Lala diam" isakan tangis Lala mulai berhenti, Bhumi pun langsung mengusap tangisan Lala dengan kedua tangannya
"nah, sekarang Lala cerita ya, kakak siap dengerin, kakak janji" ucap bhumi sambil tersenyum

"kak Bhumi, kak Arif jahat sama Lala, tadi Lala sengaja berangkat lebih awal untuk pergi ke masjid, Lala pengen sekali sekali azan di masjid, Lala pengen manggil teman-teman Lala yang sedang tidur siang lewat azan masjid yang lala kumandangkan kak, tapi tiba-tiba kak Arif datang dan Lala gak boleh azan, kak Arif jahat kak, jahat!" Lala kembali menangis, kali ini Bhumi memeluknya tanpa kata, erat sekali, mata Bhumi pun ikut berkaca-kaca

betapa tidak, seorang gadis kecil yang polos ini, gadis kecil yang sedang menangis dipelukannya ini memiliki niat yang mulia, "Lala pengen manggil teman-teman Lala yang sedang tidur siang lewat azan masjid yang lala kumandangkan kak" kata-kata itu terus terdengar ditelinga Bhumi

"Lala adikku sayang, sungguh niat mu itu tulus sekali sayang, tapi ada satu hal yang harus kamu tau sayang, setiap manusia memiliki batas kodratnya masing masing sayangku, selama masih ada lelaki, Lala tidak boleh azan di masjid, selama masih ada lelaki, Lala tidak boleh jadi imam sholat, itu tugas lelaki sayang" jawab Bhumi

"Lantas, kenapa wanita selalu dibedakan kak? kenapa ? selalu di nomor dua-kan kak? bukannya setiap manusia sama kak?" Lala melepas pelukan Bhumi dan membelakangi Bhumi, sedikit memasang muka cemberut, ya gaya nya ketika sedang ngambek

Bhumi tersenyum, "Lala, sini deh kakak mau cerita, sini tapi senyum dulu dong, hehe"
Lala pun membalikkan badannya dan masih sedikit cemberut, "mau cerita apa kak?" katanya

"Lala adikku sayang, Lala percaya gak kalau kakak bilang wanita itu 3 kali lebih mulia dibandingkan pria?" ucap Bhumi sambil tersenyum
"terus, kenapa kalau lebih mulia kok apa-apa gak boleh kak?apa apa pria, sedikit sedikit laki laki, huhhh !!" balas Lala penasaran

"coba deh liat ibunda Lala, seorang ibu rumah tangga, mungkin orang lain diluar bilang kalau profesi ibunda Lala gak keren, tapi menurut kakak tidak, seorang ibu rumah tangga menurut kakak adalah profesi yang paling berat dan laki-laki manapun tidak akan bisa melakukannya, lihatlah ibunda Lala, mungkin saja kalau beliau memilih untuk bekerja dan berkarir, karirnya mungkin lebih baik daripada bapak, gajinya lebih tinggi, tapi apa yang beliau pilih adikku sayang? beliau memilih untuk jadi iburumah tangga, demi mendukung penuh karir bapak dari belakang, ingin selalu menyambut dengan manisnya teh hangat dikala bapakmu pulang dari kantor,  demi memiliki waktu untuk menggendong mu dikala kamu masih belum bisa berjalan sayang, karena dia tidak ingin kehilangan satu detik pun masa masa lucu dikala kamu balita, ah, bukankah itu membutuhkan suatu kekuatan sayangku? mengorbankan ambisinya untuk orang-orang tersayang nya, itu lah, itulah hebatnya perempuan adikku yang manis"

"suatu hari kelak, ketika kamu dewasa, kamu boleh sayang memiliki pendapat yang berbeda, kamu akan tumbuh belajar banyak, kamu boleh memiliki pendapat yang berbeda dengan kakak" ucap Bhumi

Lala masih terdiam, tatapannya kosong meng "iya" kan

"Lala, lihatlah, bayi yang berumur 6 bulan pun akan terdiam dari tangisannya apabila di gendong oleh seorang ibunda, dia tahu yang menggendongnya adalah orang yang mulia, karena bagaimanapun juga akhlak mulia akan ditukar dengan wajah yang menyenangkan, ya cahaya Tuhan yang diwariskan di wajahnya, di wajah ibu salah satunya adikku sayang"

"Lala, suatu hari kelak mungkin kamu akan memiliki perbedaan pendapat di keluarga, berdebat dengan kakak atau bapakmu, tapi satu hal pesan ku Lala sayang, jangan sekalipun menyakiti hati ibumu, walaupun hanya mengatakan 'ah' , jangan sekalipun sayang " ucap Bhumi

"satu hal lagi sayangku, aku ingin membuktikan betapa perkasanya seorang wanita, lihatlah seorang pria sejati, ayah sejati, seberani apapun dia, sekuat apapun dia, selalu akan tunduk lemah didepan wanita yang disayanginya, entah itu ibundanya, istrinya, atau anak perempuannya. jadi jangan lagi menangis didepan ayahmu ya sayang" Bhumi menambahkan

Lala kemudian tersenyum, dan memeluk Bhumi, "terimakasih ya kak, Lala sekarang jadi ngerti, Lala sayang kakak"
Bhumi terdiam, membalas pelukan adik kecilnya itu dengan hangat

"eh, Lala mau es krim?" ucap Bhumi
"mauuuuuu, asiiiikkkkkk" balas Lala kegirangan
"yasudah, yuk beli es krim, tapi pulang dulu, Lala mandi dulu, kakak juga masih pakai sarung, masa ke supermarket pakai sarung, nanti dikira abis sunat, hehehe" Bhumi becanda
"okee, kaak, gendooongggg !" Lala nyengir
"haha, dasar kamu adik manja, yukkk, upssss, uhh beratnya nih bocah cilik haha" Bhumi pun menggendong adik kecilnya itu dipunggungnya, pulang...

jejak jejak mereka mulai menghilang, menyisakan siluet siluet indah belaian sayang dari sinar senja sore itu, tulus sekali, seperti tulusnya kasih sayang ibunda kepada anaknya

"adikmu merindukanmu Dellila, lekaslah pulang" dalam hati Bhumi
"oh, ternyata aku juga sama Dellila, seperti yang dirasakan adikmu, masjid ini saksinya, doa yang menggantung di masjid ini lebih tepatnya " Bhumi menambahkan